Hasbi Htc Just Share For You

Download Template Hasbihtc.blogspot.com

Download Template Hasbihtc.blogspot.com pada kesempatan kali ini saya ingin membahas mengenai Download Template Hasbiht.blogspot.com, memang pada dasanya tempalte ini dah banyak yang requets namun sang pembuat kayaknya pelit, bukan si pemakai tempalte Template Hasbihtc.blogspot.com yang pelit atau sang admin hasbihtc namun dia gak ingin ingkar janji sama pembuatnya, yakni gak akan menyerahkan kepada orang lain sebelum mendapat izin dari pembuatnya jadi agan yang mau pake tempalte kayak hasbitc silahkan contact Isal Nak KBM atau @isalCancer pada akun twitternya.

Download Template Hasbihtc.blogspot.com

Download Template Hasbihtc.blogspot.com


Blog Hasbi htc sudah hanya melakukan ganti tempalte selama dua kali info lengkap silahkan KLIK Template Hasbi Htc Blog Berganti Tampilan

Demikianlah ulasan singkat dari admin yang sudah membahas mengenai Template Hasbi Htc Gratis template New White Red Hasbhtc tampilan blog. Salam damai selalau hdari admin yang minat silahkan http://www.kaskus.co.id/showthread.php?p=711247298

Searches related to :
template Hasbihtc, template meaning Hasbihtc, template html Hasbihtc free, flash template Hasbihtc, New red template Hasbihtc, blogger template free Hasbihtc, blog template Hasbihtc, joomla template Hasbihtc, curi tempalte Hasbihtc

Membaca Tidak Efektif Tanpa Menulis

Membaca Tidak Efektif Tanpa Menulis Saat ini anak saya yang berusia 5,5 tahun, duduk di tahun pertama sekolah dasar sedang mengalami masa awal belajar yang ‘beneran’ di sekolahnya. Dalam catatan guru sebelum liburan kemarin, para orangtua diharapkan membantu anak-anak untuk matang berhitung
1-20 dan mengenalkan konsep dasar tambah dan kurang. Selain itu kami juga diminta untuk menekankan latihan baca-tulis agar anak bisa mencapai harapan lancar membaca sebelum naik kelas.

Membaca Tidak Efektif Tanpa Menulis

Anak saya sangat berminat membaca. Di bulan pertama saya sering latih dia membaca kata-kata pendek yang dibekali oleh guru kelas. Pendekatan membaca dengan peka pada bunyi cukup membantu anak saya untuk menggabungkan huruf. Ada yang bilang ini pendekatan fonetik. Bahwa setiap huruf punya bunyinya. Apa yang terdengar, itulah yang tertulis. Namun rupanya saya melakukan kesalahan fatal ketika tidak membarengi kegiatan membaca ini dengan aktivitas menulis yang juga intens.Karena sesungguhnya ada beberapa kata yang tidak terlalu simpel peluruhan bunyinya. Dengan sering membaca dibarengi menulis, anak terbiasa mengenal bentuk kata juga. Kegiatan mengenal bunyi dan bentuk kata sebenarnya sudah bisa dilakukan sejak bayi. Setelah anak mahir menulis, bentuk dan bunyi itu menjadi konkrit dari pengalaman dia menorehkan sendiri ‘gambar’nya.Dari sekedar menuliskan kata per kata, mengajak anak menulis kalimat juga sangat menolongnya mengerti makna kata. Karena walaupun ia lancar membaca, bisa jadi itu hanya manifestasi kelancarannya menggabungkan bunyi, mengingat bentuk katanya atau gabungan keduanya.Kegiatan kita, para dewasa yang gemar membaca dan menulis, yang kemudian menjadi tontonan lazim bagi anak-anak juga memotivasi mereka untuk ikut membaca dan menulis. Anak saya sangat penasaran untuk bisa membaca karena saya dan suami menghabiskan waktu di perjalanan dengan membaca. Setiap malam ‘mantengin’ komputer, membaca banyak teks, tak tik di keyboard sambil sesekali mencatat di kertas. Mungkin baginya kegiatan itu terlihat begitu mengasyikkan sampai kami kadang-kadang mengacuhkannya! Jadi ia ingin sekali merasakan rasa asyiknya.Mengenai menulis, dari hasil pengamatan anak saya yang ada 3 orang ini, si kecil yang belum dua tahun mulai belajar membuat oret-oretan. Si tiga tahun sedang memperlancar mewarnai dengan ’sempurna’, tidak keluar garis, membuat lingkaran utuh, membuat bentuk-bentuk, sambil belajar menulis namanya. Si besar sejak 4 tahun sudah percaya diri menulis namanya dengan ejaan yang benar. Jika saat itu saya mulai ajak agar terbiasa menuliskan kata lain (tanpa mencontoh) mungkin saat ini ia lebih lancar membaca dan menulisnya.Tapi konon sebagai orangtua kita juga tidak boleh memaksakan dan harus menyesuaikan dengan kesiapan anak tersebut. Tanggung jawab kita adalah memberi lingkungan yang kondusif baginya untuk memaksimalkan setiap tahapan pertumbuhan. Sekarang saya baru sadar tentang pentingnya menulis. Baru sebentar saja saya belikan alat tulis yang lucu dengan buku serbaguna (boleh digambar, boleh ditulis, boleh digunting), sekarang si besar dan tengah mulai sering menulis. Bahkan si besar menenteng buku dan pensilnya kemanapun pergi dan menuliskan kata-kata yang dia lihat. Terasa signifikan kemampuannya memaknai kata sekarang.Saya jadi berfikir, kalau efek membaca diimbangi dengan menulis pada anak sekecil itu saja bisa begitu besar, apalagi bagi orang dewasa. Jadi marilah kita lebih sering menulis. Ketika menulis, otak kita ‘olahraga’, kitapun jadi lebih mengerti apa yang kita fikirkan sebelumnya. Kata dosen saya dulu, saat menulis jangan langsung diedit dan rendah diri bahwa tulisan itu tidak perlu atau tidak bagus. Yang penting keluarkan dulu apa yang terfikir. Menulis jurnal harian saja (untuk konsumsi pribadi) juga sudah cukup sebagai langkah awal.Yuk sering-sering menulis!

Belajar membaaca Medode Kartu Nama

Belajar membaaca Medode Kartu Nama Tanganku ada dua Lima-lima jarinya Kuangkat keduanya Mari kita berdoa ABI (5), Denis (3), Rehan (5), Rena (4), dan Safero (5) menyanyikan lagu Balonku yang telah diubah syairnya tersebut sembari duduk dan mengangkat kedua tangan mereka masing-masing. Didampingi empat orang pengajar yang mereka panggil dengan sebutan bunda, keempat balita tersebut menundukkan kepala.Terima kasih Tuhan
Hari ini kita dapat berkumpul kembaliUntuk belajar dan bermain bersama.Usai berdoa, lantas bunda Ana menyapa ; "Apa kabar semuanya?" Sontak bocah-bocah itu pun menjawab dengan serentak ; "Baik...".
Kelas belajar di Pondok Kubaca Yasmia pun dimulai. Setelah mengawali pelajaran dengan berdoa dan bernyanyi, mereka tampak begitu antusias menyimak pelajaran yang diberikan bunda Ana."Sekarang, kita keluarkan kartu kata ya. Ada lima gambar di depan. Sekarang gambar pertama, kartu mana yang cocok ? Ayo maju ke depan yang tahu," ajak bunda Ana.
"Saya...." teriak anak-anak sembari berlarian ke depan dan saling berebut untuk menempel kartu bertuliskan kata susu.Kemudian bunda Ana bertanya, "Susu itu yang seperti apa? Ayo yang tahu acungkan jari." Dengan sigap Rena mengacungkan jarinya. "Yang biasa diminum tiap pagi, Bunda," jawabnya dengan malu-malu.Ya, itulah salah satu kegiatan belajar mengajar di Pondok Kubaca Yasmia Jl Krakatau VIII No 7. Bermain dengan kartu kata, menyanyi, mewarnai, melipat kertas, menggambar, bermain bola adalah beberapa kegiatan lain yang biasa mereka lakukan.Belajar membaca adalah materi utama yang diajarkan di samping permainan. Selain menggunakan kartu kata, anak juga diberikan buku membaca cepat serta lembar kerja siswa (LKS). Menariknya, mereka tak diajarkan mengeja huruf. Namun justru diajarkan langsung membaca kata per kata seperti papa, mama, ini, itu, susu, roti dan lain sebagainya."Karena tiap huruf atau abjad itu tidak ada artinya. Beda dengan kata yang suah pasti mengacu pada benda yang bisa dilihat bentuknya, sehingga bisa merangsang imajinasi anak," jelas Sigit, salah satu staf di Pondok Kubaca.Metode Baru cara membacaSulistyowati Bambang SE MM, pemilik Pondok Kubaca Yasmia mengatakan, dengan tempat belajar membaca bagi anak usia prasekolah ini diharapkan bisa menggantikan metode belajar membaca konvensional. "Karena metode belajar membaca yang dulu dianggap kurang efektif," katanya.Menurutnya, metode baru ini akan membuat anak bisa cepat membaca dan menulis hanya dalam waktu tiga bulan. Mengapa cepat ? "Karena disini, anak tidak diajarkan belajar membaca dengan mengeja kata," tuturnya.Dia menjelaskan, ada tiga level yang harus dilewati anak agar bisa cepat membaca dan menulis di pondok ini. Level pertama, membaca kalimat yang terdiri atas sepuluh kata, logika berbahasa dan pemahaman kalimat. Level kedua, anak akan diajarkan membaca dengan artikulasi, kata berimbuhan dan lawan kata dan menulis. Level ketiga, kata yang dipelajari akan ditambah dengan kata sambung, kata tanya dan tanda baca, serta mereka akan diajari menulis huruf kecil, besar dan tegak bersambung."Dengan metode ini anak akan mampu mengkoordinasikan atara mata dan mulut, menambah perbendaharaan kata, dan membuat mereka makin percaya diri," tambah Sulistyowati.diposting dari: Suara Merdeka